Adsense

25 December 2013

Review Singkat Kamera dari Sony Ericsson Xperia X8

Xperia X8 merupakan handphone android pertamaku, memiliki kamera dengan kekuatan 3.2 MP, tanpa dilengkapi lampu kilat. Untuk kondisi outdoor, X8 tidak banyak menemui kendala, dengan hasil kamera yang cukup memuaskan di kelasnya. Hasil fotonya memiliki tingkat kontras yang baik pula.

Kendala baru ditemui ketika ingin memotret makro dan kondisi lowlight, dikarenakan ketiadaan fitur AF (autofokus) dan lampu kilat.

Di bawah ini, beberapa hasilnya :



Kondisi outdoor ketika cahaya berlimpah (siang hari)


Kondisi outdoor ketika berawan (siang hari)

22 December 2013

Review Singkat Canon Powershot G9


Setelah menggunakan Canon PS S5 IS, aku mencoba jajaran lain dari keluarga Canon G-series, yakni Canon Powershot G9. Kamera ini juga kudapatkan 2nd dari seseorang di Semarang dengan cerita yang panjang :D. Memang awalnya kurang "sreg", dengan penampilan fisiknya (maklum, aku adalah orang yang cukup teliti dalam memeriksa sebuah barang terutama tampilan luar, hehehe). Namun pada akhirnya kamera ini tetap kupinang juga (dengan cerita yang panjang itu :D)




- Body
Dari segi body kamera, tergolong berat untuk kamera poket, namun hal ini menguntungkan buatku, karena lebih nyaman digenggam. Tombol pengoperasian juga sangat mudah dipelajari, walaupun tanpa membaca buku manual sekalipun. Di bagian atas kamera ini terdapat hotshoe yang memungkinkan kita untuk berkreasi lebih lanjut dengan flash eksternal. Strap kamera dapat digantung di leher (seperti DSLR). Kamera ini juga memeiliki OVF (optical viewfinder), yang cukup membantu jika kondisi tidak memungkinkan memakai LCD (batere menipis-merah)

- Batere
Menggunakan batere ori NB-2LH, kamera ini sanggup untuk memotret lebih dari 200 frame dalam 1 kali pengisian. Untuk berjaga-jaga, pada saat aku memakai kamera G9 ini, kusiapkan pula batere cadangan NB-2LH double power 1500mAH yang kubeli dari seorang juragan kamera di Kota Yogyakarta.

- LCD
Dengan LCD 3 inch, jelas terasa perbedaannya dengan 2.5 inch milik Canon PS S5 IS, apalagi tingkat kerapatan pixel LCD G9 lebih baik dibanding S5 IS.











14 June 2013

Review Singkat Canon Powershot S5 IS


Setelah sekian lama berkutat di dunia (hobi) fotografi, baru beberapa waktu yang lalu aku bisa mendapatkan Canon Powershot S5 IS, kamera yang sangat aku inginkan sewaktu memulai menekuni hobi fotografi. Namun apa daya, pada saat itu, aku hanya bisa menebus sebuah kamera poket, Canon Powershot A570 IS (kamera ini yang pada akhirnya paling lama menemaniku, kemanapun aku pergi) :D.

Kembali ke pembahasan Canon Powershot S5 IS... :D

Kamera ini aku dapatkan dalam kondisi 2nd dari seorang pemilik toko komputer di kota Yogyakarta. Kondisi fisik terbilang sangat bagus untuk kondisi barang 2nd, begitu juga dengan kardus dan isi di dalamnya. Begitu memegang kamera ini, ternyata lebih imut daripada yang aku duga (sebelumnya saya memakai Fujifilm HS10 yang jauh lebih besar). Dengan body nya yang cukup imut tersebut mengingatkanku dengan Fujifilm S1600 yang pernah aku pakai sebelum memakai Fujifilm HS10. Namun untuk grip, Canon S5IS jauh lebih nyaman dibandingkan Fujifilm S1600, begitu pula EVF yang jauh lebih lega dibandingkan Fujifilm S1600 bahkan HS10. EVF yang besar sangat membantu kita, karena lebih bersahabat dengan mata (tidak mudah lelah). Material yang dipakai juga lebih baik dibandingkan Fujifilm, terasa lebih solid bahkan jika harus diadu dengan Fujifilm HS10 yang terasa banyak ruang kosong dan terkesan plastik ketika body diketuk.

Untuk sumber tenaga, masih sama dengan kamera sebelumnya, menggunakan 4 buah batere AA (sebelumnya aku masih punya 4 buah batere AA eneloop+quick charger). Yang paling aku suka adalah LCD yang bisa diputar kemanapun :D (berguna sekali untuk pemotretan "narsis", low-angle, maupun high-angle)


* Penampakan Canon Powershot S5 IS



* Test ISO Canon Powershot S5 IS (Indoor)


* Test ISO Canon Powershot S5 IS (Indoor)






Review Singkat Canon Powershot A2500 HD


Hari Senin kemarin, 10 Juni 2013 aku pergi ke sebuah tempat di kota Yogyakarta untuk melihat pameran komputer sekaligus berencana membeli kamera digital (titipan Ibu untuk dipakai di kantor). Karena kamera sebelumnya (rusak) adalah merk Canon, maka aku memutuskan membeli merk yang sama dengan tipe yang berbeda (asumsinya, dengan merk yang sama akan memudahkan pengoperasiaan) :D

Sampailah di JEC (Jogja Expo Center), bayar parkir motor 1500, bayar tiket masuk 5000. Begitu masuk ke dalam, sepanjang mata memandang, kondisi sudah ramai dengan pengunjung. Dimulailah aku melakukan survey ke beberapa toko kamera (letaknya ada di depan dan cukup berdekatan satu sama lain). Setelah berbasa-basi, tanya2 stok dan harga, sampailah aku ke sebuah toko yang menawarkan harga cukup murah dibandingkan toko-toko lainnya (dengan bonus yang relatif sama).

Oiya, budget yang aku bawa di bawah 1juta rupiah, maka pilihan jatuh kepada Canon Powershot A2500 HD dengan warna hitam (coba tanya yang warna merah, tapi ternyata kosong) dengan harga 835.000, mendapatkan bonus SD card 8GB, screen guard (langsung dipasang), dan hard case universal (warna biru). Di toko lain, kamera dengan tipe ini dijual seharga 890.000. Aku melakukan test singkat di depan mbaknya yang jaga toko guna memastikan fungsi kamera berjalan normal, kemudian melakukan proses pembayaran.

Oke, akhirnya kamera digital Canon ini telah resmi berpindah tangan. Kesan pertama, kamera ini begitu kecil dan ringan (jauh lebih ringan jika dibandingkan Canon Powershot G9 milikku). Material body kamera terbuat dari plastik, namun cukup baik kualitasnya. Salah satu yang cukup menyulitkanku, ketika harus menggunakan scenes yang disediakan kamera ini, kita diharuskan mengakses tombol Func.SET dahulu untuk masuk lebih dalam ke pengaturan kamera.

Beberapa hasil kamera ini :



* Test ISO 100-1600 (indoor)



* Test scenes kamera (outdoor)



* Test scenes kamera (outdoor)



16 January 2013

Coba-coba dengan Lensa bg.3 ( Canon FD 50mm 1.8 S.C )

Lensa FD 50mm 1.8 S.C ini merupakan salah satu lensa fix, dimana lensa hanya memiliki 1 pilihan rentang FL, yakni 50mm. Masih menggunakan mount FD, salah satu tipe mount yang digunakan oleh kamera Canon sebelum akhirnya diubah menjadi mount EOS seperti sekarang ini.


Untuk dapat dipasang pada body kamera bertipe EOS, maka lensa ini harus menggunakan adapter FD to EOS terlebih dahulu, atau bisa juga dengan cara mengubah (oprek) dari mount FD ke mount EOS, walaupun ada beberapa yang tidak rapi dalam proses pengoprekan ini. Kebetulan yang aku punya yang sudah dioprek menjadi mount EOS.



Karena tergolong lensa manual, maka jelas tidak ada switch AF/MF seperti lensa pada masa sekarang ini. Body lensa juga bukan terbuat dari plastik, sehingga masih cukup berat. Proses pencarian fokus dilakukan oleh kita sendiri dengan menghitung jarak lensa dengan obyek yang akan difoto. Cara ini dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa.

Berikut ini spesifikasi dari Canon FD 50/1.8 S.C 
  • Lens Construction (group)                     4
  • Lens Construction (element)                  6
  • No. of Diaphragm Blades                      6
  • Minimum Aperture                               f/16
  • Closest Focusing Distance                   0.6 m
  • Maximum Magnifcation                1:9.7 (0.103x)
  • Filter Size                                           55 mm
  • Maximum Diameter x Length        64 x 44.5 mm
  • Weight                                        255 gr (0.56 lb)
  • Hood                                                 BS-55


Beberapa hasil dengan lensa ini :




Canon EOS 400D w/  FD 50/1.8 S.C


Canon EOS 400D w/  FD 50/1.8 S.C






15 January 2013

Coba-coba dengan Lensa bg.2 ( Canon 28-80mm USM )

Lensa 28-80mm USM ini merupakan lensa kit dari Canon EOS 500N, dimana merupakan kamera SLR analog yang masih menggunakan film sebagai media penyimpanan foto. Lensa ini sudah memiliki fitur USM (Ultrasonic Motor), sehingga proses pencarian fokus bisa lebih halus dibanding lensa non-USM. Proses zooming lensa ini lebih halus dibandingkan 35-80mm USM.

Pada lensa ini warna hitamnya sudah doff seperti lensa2 sekarang. Lensa ini cukup kecil karena hanya memiliki rentang FL dari 25-80mm saja tetapi lebih panjang dibandingkan 35-80mm, cocok untuk melakukan pemotretan potrait walaupun juga cukup untuk foto landscape. Diameter lensa ini yakni 58mm, bisa dilengkapi dengan berbagai macam filter, tentunya yang memeliki diameter 58mm pula. Lensa ini bisa memotret dengan jarak terdekat dari objek sejauh 0.38m (sama seperti 35-80mm USM).

Dikarenakan sudah mengadopsi nama EOS, maka mount yang dipakai Lensa ini memakai EF-mount, bisa dipakai di berbagai jenis kamera Canon EOS lain, baik yang analog maupun digital.

Beberapa hasil dengan lensa ini :



Canon EOS 400D w/ 28-80mm USM


Canon EOS 400D w/ 28-80mm USM


Coba-coba dengan Lensa bg.1 ( Canon 35-80mm USM )

Lensa 35-80mm USM ini merupakan lensa kit dari Canon EOS 1000FN, dimana merupakan kamera SLR analog yang masih menggunakan film sebagai media penyimpanan foto. Lensa ini sudah memiliki fitur USM (Ultrasonic Motor), sehingga proses pencarian fokus tidak terlalu berisik.

Berbeda dengan lensa sekarang ini yang berwarna hitam doff, pada lensa ini warna hitamnya masih dengan warna hitam mengkilap. Lensa ini cukup kecil karena hanya memiliki rentang FL dari 35-80mm saja, cocok untuk melakukan pemotretan potrait. Diameter lensa ini yakni 52mm, bisa dilengkapi dengan berbagai macam filter, tentunya yang memeliki diameter 52mm pula. Lensa ini bisa memotret dengan jarak terdekat dari objek sejauh 0.38m.

Dikarenakan sudah mengadopsi nama EOS, maka mount yang dipakai Lensa ini memakai EF-mount, bisa dipakai di berbagai jenis kamera Canon EOS lain, baik yang analog maupun digital.

Beberapa foto lensa ini :




Beberapa hasil dengan lensa ini :


Canon EOS 1000FN | Fujifilm Superia ASA 200


Canon EOS 400D | 1/4000 | F/4.0 | ISO 400












14 January 2013

Pesta Automotive @ GOR Jatidiri


Pesta Automotive 
Waktu Pelaksanaan : 1 Desember 2012
Lokasi : GOR Jatidiri, Semarang



Judul : Roda Besar
Canon 400D w/ 35-80mm |  1/320 | F/5.6 | ISO 800 


Judul : Mobil Kecil
Canon 400D w/ 35-80mm |  1/1000 | F/5.6 | ISO 800 



Judul : Motor Besar
Canon 400D w/ 35-80mm |  1/250 | F/5.6 | ISO 200 




Street Photo Contest w/ LA Lights & Fujifilm

4 November 2012,

Pertama kalinya kamera DSLR yang masih belum lunas ini, akan dipakai untuk mengikuti sebuah lomba yang berlokasi di sebuah hotel yang berada di pusat kota Semarang, sebut saja Hotel Horison. Sekitar pukul 09.30 aku sudah berada di sekitar hotel, namun ada satu hal yang membuatku gundah dikarenakan aku tidak bisa menemukan pintu masuk hotel. Hahaha...

Setelah beberapa saat, akhirnya bertemu dengan security hotel yang menunjukkan dimana seharusnya aku masuk dan menuju ke ballroom yang akan menjadi awal dari lomba ini. Singkat cerita akhirnya sampailah di sebuah ballroom, dimana akan diadakan talkshow terlebih dahulu. Masuk ke area talkshow, di tanganku membawa 5 bungkus rokok LA lights @16batang, 1 pulpen Hotel Horison (yang diketahui akhirnya macet), 1 buku corat coret Hotel Horison berisi 5 lembar, kaos berwarna abu-abu di dalam plastik bening.

Beberapa hasil pemotretan di sekitar Pasar Johar dan Jalan Pandanaran


Canon 400D w/ 35-80mm |  1/400 | F/4.5 | ISO 400 | Pasar Johar


Canon 400D w/ 35-80mm |  1/125 | F/5.6 | ISO 800 | Jl. Pandanaran


Yang Datang... (bg.1)

1 November 2012,

Pagi menjelang siang, sebuah bus jurusan Semarang - Solo kelas PATAS melaju dengan tenang, bisa dibilang cukup pelan untuk bus cepat-terbatas. Aku tergolek lemas di sebuah kursi di kanan-belakang, menahan mual yang ada di perutku (efek lama tidak naik bus dan sepertinya duduk tepat di atas roda belakang bus).

Perjalanan yang cukup menyiksa akhirnya berakhir setelah bus berhenti di sebuah terminal di Kota Solo, sebut saja terminal Tirtonadi...hehehe. Di suatu sudut terminal tersebut, aku berencana melakukan transaksi dengan seorang pria, namun pada akhirnya 2 orang pria berjaket dan naik sepeda motor yang datang menghampiriku. Terminal inipun dipilih setelah negosiasi panjang lewat pesan singkat dan telepon. Lokasi awal pertemuan ini sebenarnya adalah Terminal Kartasura.

Kembali ke sebuah sudut yang gelap dan sepi, sebut saja Pintu Timur Terminal Tirtonadi. Kedua orang yang pada akhirnya kuketahui identitasnya tersebut, menjabat tanganku, saling bertatap mata, kemudian mulailah kami melakukan transaksi tersebut. Dimulai dengan salah seorang dari mereka yang mengeluarkan barang berupa kotak putih dari dalam tas hitamnya, aku pun dengan seksama memperhatikan orang itu. Selang beberapa detik saja, kotak putih itu sudah berpindah tangan ke pangkuanku. Dengan cermat aku periksa setiap sudut kotak itu, barulah kubuka pelan-pelan, hingga aku bisa melihat sebuah benda hitam di dalamnya. Kuangkat dengan sangat hati-hati benda hitam pekat tersebut, mulai dari depan-belakang-samping kiri-samping kanan-atas-bawah kuperiksa dengan teliti. Akhirnya aku cukup puas dengan barang yang mereka bawa. Ya, sebuah barang bagus, kataku.

Kini tiba giliranku mengeluarkan sebuah amplop dari tas hitamku. Sangat hati-hati kuserahkan amplop tersebut kepada salah satu dari kedua orang itu. Dia menerima, kemudian mulai menghitung nominal di dalamnya. Nominal yang disepati tekah sesuai dengan apa yang ada di amplop tersebut. Setelah beberapa saat melakukan pembicaraan, transaksi pada siang hari itu dinyatakan telah sesuai dengan apa yang telah disepakati di waktu sebelumnya.

Aku dan kedua orang tersebut mengambil jalan yang berlawanan, melanjutkan ke perjalanan masing-masing. Kembali ke sebuah tempat duduk di sebelah kiri-depan, kubawa dengan sangat hati-hati, sebuah kotak putih itu...

Itulah awal mula pertemuanku dengan Canon 400D ku sekarang...

Followers